Pages

Wednesday, February 5, 2014

Surat ini Serius! Bercanda, deng

5 Februari 2014

Dear Nona Kitty,

Ah elah. Kenapa kau keras kepala sekali? Sekedar menetapkan panggilanku dalam surat menyurat saja kau tak mau berkompromi. Memangnya telingamu tidak dibisikkan oleh hatimu mengenai panggilan apa yang bisa disematkan kepadaku dalam surat menyurat ini? Ayolah, jangan terlalu kaku. Kaya kanebo kering aja :p.
Kamu mau aku kehilangan identitas diri dan tersesat entah kemana dalam mengarungi perjalanan surat menyurat ini. Kita bahkan belum mencapai seperempat perjalan. Apa kau tega membuatku linglung dari awal?

Di tetapkan ya! :)

Ehm, mengenai soal hati yang kau bahas. Ehm, sebenarnya aku bukan membuka keran hatimu, soalnya aku bukan tukang ledeng juga, tetapi aku memberikanmu penawaran; Mau menerima hati yang akan menjagamu sebaik yang dia bisa jaga, atau menolak untuk memberikan kesempatan hatimu sendiri untuk dicintai dengan cara terbaik sebuah perasaan. Tjeileh.

Kebetulan aku itu pemimpi yang baik, dan kamu merupakan peraih mimpi yang baik. Maksud aku disini adalah, sebagai seorang peraih mimpi, kapasitasmu untuk memimpikan suatu desain mimpi ke depan mungkin tidak sebaik yang aku impikan. Ada saja rasa takut dan ragu untuk menggambarkan sketsa masa depan yang akan kau jalankan. Berbeda dengan aku, walaupun aslinya aku sama sekali tidak bisa menggambar, bahkan mewarnaipun aku terkadang keluar garis. Aku bisa menawarkan mimpi yang luar biasa, yang bisa merubah segala kekakuanmu untuk berimajinasi secara muluk, sayangnya aku bukan petarung luar biasa sepertimu yang berusaha membuat mimpi itu terjadi.
Nah! Maka dari itu, bagaimana kalau kita menggabungkan dua keahlian kita. Bermimpi dan Meraih untuk tujuan dari cerita yang sekarang kita sedang jalankan?

Lalu soal anak bermarga Telaumbanua yang menyalami tangan kita sebelum sekolah itu. Fix ya! Anak pertama berarti cowok, kamu sendiri yang nulis! Yeiy, kamu akhirnya luluh juga. Yuhuuu \o/
Dan seperti yang aku bilang, dia harus bisa bela diri buat ngejagain keluarganya.

Baiklah suratku ini sudah bercanda bercanda serius.
Tapi yang soal anak cowo dan bela diri itu serius! *gamawtaw*

Surat ini jangan terlalu di-serius-in, dahi kamu jangan sampai berkerut. Hati aku aja yang di-serius-in, cinta aku di kamu sudah menggelayut.


Salam sayang,


Tuan yang masih tetap meminta kejelasan identitas.

No comments:

Post a Comment