Anggap saja aku orang yang terlalu sombong untuk menyebutkan nama. Terlalu angkuh untuk mengulurkan tangan sekedar berjabat. Dan, terlalu kaku untuk membeberkan segala asal usul dan latar belakang. Ya, anggap saja aku terlalu malas untuk melewati fase pertama dalam sebuah interaksi, Masa Perkenalan.
Aku sudah datang di hadapmu. Tanpa kaku, tanpa kelu. Aku hanya menghadapmu, menatap sepasang netra bercahaya yang renggut segala kesadaran tertinggi perasaanku, dan menghujamkan segala rasa tertarik di atas satu titik kosong hati tempat dimana cinta bersemedi. Ya, tanpa awalan bertegur sapa aku menyerahkan segala rasa menggelitik ini menari di atas kepalaku, di dalam hatiku.
Tanpa harus berkata permisi. Aku sudah bisa mengetuk hatimu. Berdiri tegak tanpa berpeluh menunggu pintu di mukaku terbuka. Menanti senyuman dan ucapan selamat datang dari penghuni sebuah jiwa yang kini sedang aku sambangi. Tanpa bergerak sedikitpun aku menunggu respon ketukan kubu-kubu tanganku di pintumu, helaan nafas kucoba untuk memainkannya teratur, agar tak terlihat memburu. Semenit, dua menit, lima menit. Pintu tetap saja menutup, bahkan tak ada suara langkah kaki yang menghampiri. Telapak tanganku dingin penuh kekecewaan, ingin aku berpaling.
Tapi...
Pintu itu terbuka sejurus di saat aku hampir melangkah.
"Selamat datang"
Tidak harus aku membuat satu janji untukku bertegur sapa padamu. Tidak ada nokta hitam di atas putih yang tergurat dalam sebuah lembar janji. Aku hanya perlu datang kepadamu, mengucap aku ingin bertemu, berkata aku merindukanmu, dan bertanya apakah kau ingin menjadi milikku?
Tidak ada birokrasi dari bawah ke atas untuk mengundangmu masuk ke dalam bilik istana kehidupanku.
Mukamu sudah tak terlihat asing. Aku sudah terlanjur jatuh bahkan dari awal bertemu. Kerikil yang sepertinya sengaja kau serakkan di tanah sewaktu itu, berhasil buatku terjerembab tepat di hadapmu. Dasar, wanita cantik licik yang patut untuk dicinta.
Oh ya. Garis mukamu selalu terlihat indah. Selalu ada sinar yang terpancar dari parasmu yang istimewa. Tapi sayang, aku tahu satu hal yang masih menggelayut dalam hatimu. Satu rasa yang selalu buatmu penasaran terhadapku. Aku tahu sayang, kamu ingin mengetahui tentang aku.
Baiklah. Izinkan aku memperkenalkan diriku.
Aku adalah seorang yang akan mencintai dirimu. Sebaik dan sedalam yang aku bisa berikan kepadamu.
Aku adalah seorang yang telah mencuri hatimu. Sebaik apapun kamu menjaga perasaanmu, aku mempunyai banyak muslihat tak terlihat yang membuatku bisa mengantongi salah satu benda berharga dalam hidupmu, cintamu.
Aku adalah seorang yang tak bisa menjanjikan apa - apa kepadamu. Hanya bisa memberikan satu perasaan, dan satu ungkapan kebenaran yang aku rasakan.
Aku?
Sudahlah, tak usah terlalu banyak. Bukankah rasa penasaran itu yang membuatmu luluh lantak di hadapku? Bukankah rasa ingin tahumu yang membuat engkau selalu ingin mencintaiku dan mencari tahu semuanya tentangku di setiap waktu?
Jadi, biarlah.
Aku tetap aku. Seorang yang sombong, angkuh, dan terlalu kaku untuk menyempatkan waktu untuk memperkenalkan diri.
Aku tetap aku.
Yang tak perlu awalan untuk mencintai sedalam dan sebaik mungkin dirimu hingga ke garis akhiran.
Perkenalkan,
Aku adalah seseorang untukmu.
No comments:
Post a Comment