Pages

Saturday, December 29, 2012

Dia dan Sang Lalu

Senyum terukir di saat sepasang bola mata membaca beberapa kalimat di layar datar komputer di hadapnya.

Bukan! Pemilik sinar netra yang tenang itu tidak sedang membaca e-mail cinta, tidak juga sedang melihat potret dirinya bersama dengan kekasih, tidak juga menuliskan rangkaian kalimat indah puisi cinta.
Tidak, dia tersenyum bukan karena cinta yang kini sedang dibacanya!
Dia tersenyum karena membaca beberapa kalimat, Dia melengkungkan sudut bibirnya karena membaca beberapa cerita, beberapa kisah, beberapa cerita, tentang seorang dari masa lalu. Bukan sahabatnya, bukan kekasihnya. Hanya seorang dari masa lalu, yang sempat ada di hatinya tapi tak pernah tergapai 'tuk dimiliki. Anggap saja kasih tak sampai.

Dia tersenyum bukan karena sang lalu itu menuliskan kisah sedih, dia tersenyum bukan karena sang lalu kini terjatuh dan tiada daya 'tuk bangkit, bahkan bukan karena sang lalu itu pun menulis sedikit tentang dirinya dalam sebuah esai.
Bukan! Si dia tersenyum bukan karena sang lalu terjerembab, dia tak pernah tega 'tuk ketahui bahwa sang lalu rasakan lara dalam kehidupan.
Tak ayal bukan karena dirinya sendiri tersirat dalam tulisan sang lalu. Dia masih tahu diri, bahwa dia sangat tak mungkin terlintas dalam benak sang lalu untuk dituliskan. Tak sedikitpun menaruh asa.

Senyum yang terukir makin melebar. Makin menyeret dalam khayal indah tentang sang lalu. Dia setidaknya dapat menyelami seujung kehidupan cerita lama tak sampainya. Yah..., walaupun hanya dari membaca beberapa paragraf kisah hidupnya. Tapi dia tahu, bahwa sang lalu masih dapat melanjutkan hidup setelah dia sempat hilang arah, lepas dari indahnya cinta, mencoba bangkit, dan terlihat berhasil.
Sepertinya berhasil, harap dia.

Dia kini telah selesai membaca cerita sang lalu. Memang tak semua kisah terbaca. Hanya beberapa kisah indah tentang sang lalu yang masih bisa melanjutkan hidup. Yang sepertinya bisa kembali berdiri melawan dunia, menggapai hidup, dan merasa cinta.
Dia tak berniat 'tuk lanjutkan membaca lagi. Bukan dia malas atau tidak ingin tahu. Tapi dia sadar diri, dia tak mau bangkitkan lagi perasaan yang sudah berhasil dia taklukkan, Perasaan gagal jatuh cinta, perasaan gagal dapatkan cinta. Jatuh tanpa merasakan cinta. Di samping itu, seharusnya dia tak usah lagi untuk berharap mengejar cinta sang lalu. Toh, sudah ada cinta baru yang berhasil dia raih dengan ketulusan.

Tombol close di pinggir kanan atas layar komputer kini sudah ada di sudut matanya. Dia menyunggingkan senyum terakhir. Ucapkan Semoga Bahagia ya Kamu, Menghela nafas, dan kini mengarahkan cursor ke tombol penutup jendela mozilla.
Click!  
Bye Bye Sang Lalu. Bahagia dengan hidupmu :)

Sunday, December 16, 2012

Maaf

Maaf!
Terlihat sederhana, tapi..., kepelikan yang terasa dalam ucapan itu sebenarnya yang menggelayut seenaknya memeras hati. Aku merasa tak nyaman.

Maaf!
Bukannya aku menggampangkan, tapi..., aku hanya mencoba menyelami apa yang sanubari katakan. Dirinya berbisik pelan, untuk segera hentikan sebelum semuanya tak terselematkan. Aku hanya mengikuti instruksi hati.

Maaf!
Kau kira aku ingin?
Tidak sama sekali! Aku tak mau!

Maaf!
Bulir air mata yang mengalir pelan menuruni pipimu. Ciptakan nyeri maha dahsyat terasa di lekuk - lekuk perasaan yang tak tega untuk hadapi kenyataan. Maaf! Aku pun rasakan pedih yang sama.

Maaf!
Tak dapat lagi aku ucap apapun. sepertinya.
Maaf aku berkata maaf!