Surat ini tak akan kubuat panjang lebar, karena saat ini kamu sedang menuntutku. Aku selalu terkesan terlambat bila harus berhadapan denganmu.
Untuk sang penentu. Terkadang aku harus mengikutimu, di saat aku mengikutimu, angin terkadang menghalangiku. Banyak halangan yang memaksakan aku tak bisa memenuhi tuntutanmu, dan di saat itu semua telunjuk akan tertuju padaku. Mau gimana lagi? terkadang aku harus menuruti kemalasanku.
Ada juga ketika aku lebih cepat darimu, awalnya aku merasa menang, karena aku bisa memenuhi tuntutanmu, bahkan aku mengalahkanmu jauh di belakang. Tapi, lagi - lagi kau terkesan sebagai pengatur! Kemenanganku engkau buat menjadi titik tunggu buatku, kebosanan meliputiku ketika hal ini datang. Satu hal! Kenapa kamu ga pernah mengerti ya?
Saat yang pas adalah ketika berdua bertemu, ketika ada kata "Pas" dalam pertemuan kita. Bukan di saat aku lebih cepat, atau kamu yang menunggu aku. kata "Tepat Waktu" itu yang lebih enak di saat kita bertemu. Karena tidak ada yang dipersalahkan, tidak ada juga yang bergelut dengan kebosanan.
Suratku tak bisa kubuat lebih rumit lagi, aku hanya bisa membuat kalimat sederhana yang menceritakan tentang kamu di hidupku. Aku harus berlari mendahului angin sepertinya, karena sebentar lagi engkau akan menungguku, dan aku tak mau para telunjuk itu menatap ke mataku.
Ini untukmu sang penentu, SANG WAKTU!
Kepada Sang Waktu |
No comments:
Post a Comment