Aku terbangun pagi ini. Bukan karena sinar mentari yang menyelinap masuk dari bilik jendela kamarku, melainkan karena sejuk tak biasa yang getarkan tubuhku menggigil. Ya, aku kedinginan mendapati hari baru hari ini.
Aku terbangun dan menggeliat malas, berguling ke kiri balas ke kanan. Ah, aku malas untuk beranjak dari singasana istirahatku, cuaca seperti memaksaku untuk tetap terbaring, dan hawa dingin merasukiku untuk menutup mata melanjutkan tidur tampanku. Ya, di kamar ini, aku layaknya The Most Sleeping Handsome, menyaingi kisah The Sleeping Beauty.
Hoahm, aku kembali menguap sembari mengucek-ucek mata.
Aku terbangun mencari alat komunikasiku. Sebuah telepon pintar yang aku sembunyikan di bawah bantal tempatku menggeletakkan kepala saat beristirahat. Tanganku menelusup, dan berjalan mencari salah satu benda berhargaku itu. Gotcha! Dapat! Aku tekan tombol pembuka kunci, dan... Deg!
Kemarin siang...
"Maafkan aku, aku sudah tak bisa lagi denganmu,"
"Hah? Tapi kenapa? Apa salah aku? Aku ngga mau putus!,"
"Ngga bisa! aku udah ngga bisa lanjut lagi. Kita udah terlalu jauh! Aku cape sama jarak kita! Aku cape terus ngarepin kamu di samping aku, tapi kamunya ga pernah bisa, Aku cape,"
"Tapi..., bukannya ini udah pernah kita bahas,"
"Udahlah, aku cape,"
"Tapi..., please sayang, aku sayang sama kamu, kamu ngertiin aku dong,"
"Udah, maafin aku,"
dan kamu pergi. dan aku diam tak percaya jarak hancurkan kita.
Aku terbangun di kota ini. Masih di atas tempat tidurku.
Menatap layar telepon selulerku. Menatap foto kita berdua di saat kita masih bisa tersenyum berdua.
Foto di kotamu, kota yang harus aku tinggalkan untuk melanjutkan hidupku.
Kota tempat kita berdua dahulu berjanji untuk menjaga hubungan kasih berdua.
Aku terbangun dan sadar hujan di luar datang menemuiku.
Kota sejuk ini buat semuanya berantakan.
Semalam aku harus kembali lagi kesini untuk hadapi kenyataan.
Semalam aku sudah kembali lagi dari kota mantan kasihku hanya untuk menghancurkan hatiku sendiri.
Semalam kelemahan selimutiku, pertanda hubunganku tersungkur di hadapan realita jarak.
Aku terbangun dan sadar.
Hujan ini lambangkan kehancuranku.
Hujan ini juga sejukkan hati panas remukku.
Aku terbangun pagi ini tanpamu.
No comments:
Post a Comment