Selamat datang adalah satu ungkapan yang bisa disematkan. Pintu sudah terbuka dan kamu sudah dipersilahkan. Inilah aku yang sebentar lagi akan kamu tahu, inilah aku yang sebentar lagi akan kamu rengkuh.
Tak perlu berlama-lama. Seperti kataku dahulu aku tak akan perkenalkan diriku. Aku hanya ingin membuatmu tak berhenti hanya di perkenalan angka satu, tapi aku ingin membuatmu melaju dan mencari tahu segalanya tentang aku, sama seperti aku kepadamu.
Segalanya telah bertaut. Genggaman jari jemari, tabrakan pandangan, hingga penyatuan perasaan yang sama. Kita diharuskan untuk saling mengenal, memasuki masa orientasi, penggemblengan rasa suka menjadi rasa cinta. Keharusan kita untuk saling mengenyam bersama-sama nikmat dan pahitnya segala perjalanan kisah kita ke depan. Ini bukan soal kamu, tidak juga soal aku. Kita harus mengerti bahwa ini Soal Kita.
Buka segala cara untuk menyenangkan perasaan satu sama lain. Buat isi perut ini selalu diterbangi oleh kupu-kupu, dan dentuman detakan jantung selalu memburu tak tentu. Mari kita buat satu euforia jatuh cinta maha indah yang selalu menghiasi cerita kita.
Tapi ingat sayang, jalan tak selalu lurus. Kelokan di depan siapa tahu buat kita tersandung. Maka dari itu, jangan sampai membuat kita jatuh dan menjauh. Kita harus duduk bersama dalam satu persoalan, saling mencurahkan segala keluh kesah, hingga kata menyerah lepas dari segala jalan keluar sebuah masalah, dan pada akhirnya kita bisa menang melewati berbagai kerikil dan tantangan dari polemik lakon cinta kita.
Saat ini, marilah kita bersyukur pada Sang Esa. Karena izin-Nya kita dipertemukan, dan marilah kita sama-sama meminta agar pada izin-Nya pun, jalan kita selalu dipersatukan.
Selamat datang cinta dalam kisahku. Terima kasih sudah mempersilahkanku untuk berada di sisimu. Cerita kita biarlah melangkah bab demi bab, hingga sampai kesudahan yang telah diguratkan oleh Sang Penulis Esa.
Tuesday, July 16, 2013
Tuesday, July 2, 2013
Perkenalkan
Anggap saja aku orang yang terlalu sombong untuk menyebutkan nama. Terlalu angkuh untuk mengulurkan tangan sekedar berjabat. Dan, terlalu kaku untuk membeberkan segala asal usul dan latar belakang. Ya, anggap saja aku terlalu malas untuk melewati fase pertama dalam sebuah interaksi, Masa Perkenalan.
Aku sudah datang di hadapmu. Tanpa kaku, tanpa kelu. Aku hanya menghadapmu, menatap sepasang netra bercahaya yang renggut segala kesadaran tertinggi perasaanku, dan menghujamkan segala rasa tertarik di atas satu titik kosong hati tempat dimana cinta bersemedi. Ya, tanpa awalan bertegur sapa aku menyerahkan segala rasa menggelitik ini menari di atas kepalaku, di dalam hatiku.
Tanpa harus berkata permisi. Aku sudah bisa mengetuk hatimu. Berdiri tegak tanpa berpeluh menunggu pintu di mukaku terbuka. Menanti senyuman dan ucapan selamat datang dari penghuni sebuah jiwa yang kini sedang aku sambangi. Tanpa bergerak sedikitpun aku menunggu respon ketukan kubu-kubu tanganku di pintumu, helaan nafas kucoba untuk memainkannya teratur, agar tak terlihat memburu. Semenit, dua menit, lima menit. Pintu tetap saja menutup, bahkan tak ada suara langkah kaki yang menghampiri. Telapak tanganku dingin penuh kekecewaan, ingin aku berpaling.
Tapi...
Pintu itu terbuka sejurus di saat aku hampir melangkah.
"Selamat datang"
Tidak harus aku membuat satu janji untukku bertegur sapa padamu. Tidak ada nokta hitam di atas putih yang tergurat dalam sebuah lembar janji. Aku hanya perlu datang kepadamu, mengucap aku ingin bertemu, berkata aku merindukanmu, dan bertanya apakah kau ingin menjadi milikku?
Tidak ada birokrasi dari bawah ke atas untuk mengundangmu masuk ke dalam bilik istana kehidupanku.
Mukamu sudah tak terlihat asing. Aku sudah terlanjur jatuh bahkan dari awal bertemu. Kerikil yang sepertinya sengaja kau serakkan di tanah sewaktu itu, berhasil buatku terjerembab tepat di hadapmu. Dasar, wanita cantik licik yang patut untuk dicinta.
Oh ya. Garis mukamu selalu terlihat indah. Selalu ada sinar yang terpancar dari parasmu yang istimewa. Tapi sayang, aku tahu satu hal yang masih menggelayut dalam hatimu. Satu rasa yang selalu buatmu penasaran terhadapku. Aku tahu sayang, kamu ingin mengetahui tentang aku.
Baiklah. Izinkan aku memperkenalkan diriku.
Aku adalah seorang yang akan mencintai dirimu. Sebaik dan sedalam yang aku bisa berikan kepadamu.
Aku adalah seorang yang telah mencuri hatimu. Sebaik apapun kamu menjaga perasaanmu, aku mempunyai banyak muslihat tak terlihat yang membuatku bisa mengantongi salah satu benda berharga dalam hidupmu, cintamu.
Aku adalah seorang yang tak bisa menjanjikan apa - apa kepadamu. Hanya bisa memberikan satu perasaan, dan satu ungkapan kebenaran yang aku rasakan.
Aku?
Sudahlah, tak usah terlalu banyak. Bukankah rasa penasaran itu yang membuatmu luluh lantak di hadapku? Bukankah rasa ingin tahumu yang membuat engkau selalu ingin mencintaiku dan mencari tahu semuanya tentangku di setiap waktu?
Jadi, biarlah.
Aku tetap aku. Seorang yang sombong, angkuh, dan terlalu kaku untuk menyempatkan waktu untuk memperkenalkan diri.
Aku tetap aku.
Yang tak perlu awalan untuk mencintai sedalam dan sebaik mungkin dirimu hingga ke garis akhiran.
Perkenalkan,
Aku adalah seseorang untukmu.
Aku sudah datang di hadapmu. Tanpa kaku, tanpa kelu. Aku hanya menghadapmu, menatap sepasang netra bercahaya yang renggut segala kesadaran tertinggi perasaanku, dan menghujamkan segala rasa tertarik di atas satu titik kosong hati tempat dimana cinta bersemedi. Ya, tanpa awalan bertegur sapa aku menyerahkan segala rasa menggelitik ini menari di atas kepalaku, di dalam hatiku.
Tanpa harus berkata permisi. Aku sudah bisa mengetuk hatimu. Berdiri tegak tanpa berpeluh menunggu pintu di mukaku terbuka. Menanti senyuman dan ucapan selamat datang dari penghuni sebuah jiwa yang kini sedang aku sambangi. Tanpa bergerak sedikitpun aku menunggu respon ketukan kubu-kubu tanganku di pintumu, helaan nafas kucoba untuk memainkannya teratur, agar tak terlihat memburu. Semenit, dua menit, lima menit. Pintu tetap saja menutup, bahkan tak ada suara langkah kaki yang menghampiri. Telapak tanganku dingin penuh kekecewaan, ingin aku berpaling.
Tapi...
Pintu itu terbuka sejurus di saat aku hampir melangkah.
"Selamat datang"
Tidak harus aku membuat satu janji untukku bertegur sapa padamu. Tidak ada nokta hitam di atas putih yang tergurat dalam sebuah lembar janji. Aku hanya perlu datang kepadamu, mengucap aku ingin bertemu, berkata aku merindukanmu, dan bertanya apakah kau ingin menjadi milikku?
Tidak ada birokrasi dari bawah ke atas untuk mengundangmu masuk ke dalam bilik istana kehidupanku.
Mukamu sudah tak terlihat asing. Aku sudah terlanjur jatuh bahkan dari awal bertemu. Kerikil yang sepertinya sengaja kau serakkan di tanah sewaktu itu, berhasil buatku terjerembab tepat di hadapmu. Dasar, wanita cantik licik yang patut untuk dicinta.
Oh ya. Garis mukamu selalu terlihat indah. Selalu ada sinar yang terpancar dari parasmu yang istimewa. Tapi sayang, aku tahu satu hal yang masih menggelayut dalam hatimu. Satu rasa yang selalu buatmu penasaran terhadapku. Aku tahu sayang, kamu ingin mengetahui tentang aku.
Baiklah. Izinkan aku memperkenalkan diriku.
Aku adalah seorang yang akan mencintai dirimu. Sebaik dan sedalam yang aku bisa berikan kepadamu.
Aku adalah seorang yang telah mencuri hatimu. Sebaik apapun kamu menjaga perasaanmu, aku mempunyai banyak muslihat tak terlihat yang membuatku bisa mengantongi salah satu benda berharga dalam hidupmu, cintamu.
Aku adalah seorang yang tak bisa menjanjikan apa - apa kepadamu. Hanya bisa memberikan satu perasaan, dan satu ungkapan kebenaran yang aku rasakan.
Aku?
Sudahlah, tak usah terlalu banyak. Bukankah rasa penasaran itu yang membuatmu luluh lantak di hadapku? Bukankah rasa ingin tahumu yang membuat engkau selalu ingin mencintaiku dan mencari tahu semuanya tentangku di setiap waktu?
Jadi, biarlah.
Aku tetap aku. Seorang yang sombong, angkuh, dan terlalu kaku untuk menyempatkan waktu untuk memperkenalkan diri.
Aku tetap aku.
Yang tak perlu awalan untuk mencintai sedalam dan sebaik mungkin dirimu hingga ke garis akhiran.
Perkenalkan,
Aku adalah seseorang untukmu.
Subscribe to:
Posts (Atom)