Sudah lepaskan aku.
Ini bukan perkara kamu, melainkan aku.
Bukan kamu yang hancurkan, bukan kamu yang patut dipersalahkan.
Maafkan bila beberapa sudut hatimu terkoyak. Maafkan bila titik air dari pelupuk matamu menetes. Maafkan bila hal ini menyakitkan. Maafkan bila kisah ini terhenyak luruh tak lagi tersentuh.
Aku yang tak mampu lagi bertahan, karena mengikuti semua kebodohan. Aku jatuh tak bisa lagi menguasai perasaan. Terjebak dalam permainan yang tak sengaja aku ciptakan, mendesain strategi agar tak menjadi korban, malah kini aku menjadi seorang tertawan. Karena, aku yang telah tergoyahkan.
Dia. Aku tertegun oleh kasihnya, aku menikmati segala bentuk rasa sayangnya, tulus dan mengena. Tepat di kala aku terpukul jatuh oleh segala rentetan permasalahan.
Dia. Memberikan pangkuan ternyaman dalam kesalahan keadaan. Merebakkan segala perhatian untuk mengalihkan pandangan. Aku terperosok dalam kesalahlangkahan, aku tahu ini akan memusingkan tapi tiada daya bagiku untuk melawan. Tidak! Aku terlanjur nyaman.
Cerita - cerita selanjutnya sudah dapat ditebak. Aku diharuskan berlakon bak aktor bermuka dua. Berwajah manis di hadapmu, berwajah menyenangkan bila di depannya. Aku harus bisa berlelah dalam menyembunyikan, aku diwajibkan untuk berpayah dalam mengondisikan. Agar tak ada hati yang patah, agar senyum tetap bermekaran di masing - masing paras indah. Ah! Aku mencintai kalian.
Terus menerus aku diterjang dengan sederet kudapan cinta yang selalu tersedia. Bukan darimu, tapi dia. Tak bisa terelakkan. Aku menyadari, aku semakin hilang dalam rasa yang salah ini.
Dirimu semakin lenyap, hanya bayang sekelebat dan digantikan sosoknya. Titik - titik dari ingatan wajahmu makin tak terlihat, sekilas dan cepat musnah. Astaga! Kau menjadi tidak kasat mata lagi, sayang.
Maafkan!
Kini kau boleh tampar dan remukkan aku. Perasaan yang terdahulu boleh kau kembalikan padaku atau kau campakkan jauh - jauh. Kusadari keping dirimu kini sudah menyebar, setelah pecah dan marah dalam menghadapi segala gelisah. Tak usah menyesah dan merasa lemah. Aku yang salah, dan aku mengaku kalah.
Maafkan aku.
Bukan maksudku mendua, tapi tiada daya bagiku untuk dapat menahan rasa dari kalian berdua.
Tulisan ini terinspirasi dari : Demi Waktu - Ungu
No comments:
Post a Comment