Pages

Monday, February 3, 2014

Balasan Suratmu Saja. Aku Lagi Bingung

3 Februari 2014

Dear Nona Kitty,

Sebelum aku memulai surat ini (lagi). Aku meminta kepadamu.
Tolong tetapkan panggilanku dalam surat - menyurat ini. Mau kau panggil Tuan Milanisti, Tuan Telaumbanua, atau apa? Setidaknya aku tahu identitas yang kamu berikan kepadaku, sama seperti aku kepadamu.

Nona, aku membalas yang soal ngablu terlebih dahulu ya.
Kau tahu, kenapa aku malas menjawab "IYA" ketika kamu berujar "hati - hati ya di jalan"? Karena aku sudah meng"iya"kan hal itu dalam hati dan otakku. Aku akan selalu hati - hati karena diriku, keluargaku, dan juga kamu menghendaki hal itu. Kemudian kenapa aku lebih sering menggeleng, ya biar saja, aku senang ketika kamu gemas-gemas-kesal dan kemudian memeluk tubuhku dari belakang. Ah, itu bahagia yang luar biasa, asal kau tahu.

Kemudian perihal scrapbook. Aku serahkan semuanya kepadamu ya. Aku bukanlah orang yang bisa membuat hal - hal kerajinan tangan seperti itu. Mungkin nanti aku bagian nempal - nempelin aja deh, berikan aku bagian yang mudahnya. Karena, kalau kau memberikan aku bagian susahnya, jangankan scrapbook itu jadi, yang ada malah berantakan dan kamu akan kesal tak tertahan.

Ehm, lanjutnya UAS.
Kau tahu sayang, UAS aku hari ini cukup lancar. Ya, tadi aku sempat terlambat masuk ke kelas karena rintik - rintik sedikit menahan perjalananku. Sesampainya di kelas, aku langsung menempatkan diri saja di samping temanku yang bisa diandalkan. Hihi... Aku menyontek tadi, cuma beberapa kok, tidak semua. Toh, aku kan sempat belajar sebelum berangkat ke kampus. Dan teknik belajar itu lumayan efektif, karena masih ada yang nyangkut - nyangkut di otakku, walaupun tak banyak.
Yang pasti, kau tak boleh mencontohku ya. Kamu harus tetap jadi wanita rajin dengan nilai yang baik, dan aku akan terus jadi pria isengmu yang malas tapi punya banyak ilmu di luar kelas.

Oh iya yang kamu sudah makan berapa kali hari ini? Teratur tidak. Jangan sakiti perutmu ya!

Apa lagi ya yang ingin kusampaikan.
Ehm...

Ah, aku sedang bingung. Mungkin di surat selanjutnya aku akan berceloteh lebih banyak. Ya, walaupun aku pendiam di hadapanmu. Tapi seperti kau tahu, bahasa tulisanku bawel sekali.

Aku menunggu surat balasanmu lagi ya,

Tertanda,


Tuan Yang Belum Kau Tetapkan Panggilannya dalam Surat Menyurat Ini.

No comments:

Post a Comment