Pages

Monday, February 17, 2014

Menyadari serta Mensyukuri

17 Februari 2014

Dear Nona Kitty,

Halo nona, selamat Hari Senin. Kau tahu aku hari ini hanya di rumah saja, tapi jujur banyak sekali beban yang harus aku kerjakan. Aku tak mempermasalahkan soal menjadi tukang pos, sudah kecintaanku untuk menghantarkan cinta demi cinta banyak orang ke tujuan masing - masing, sembari juga terus menanam kasih kepada dunia yang sudah sangat sekarat ini. Aku juga tak mempermasalahkan soal perkuliahan, kau tahu sendiri, kita hanya tinggal menjalani ujian di semester ini dan sepertinya itu akan terasa sangat mudah dengan berbagai persiapan yang ada. Aku pun tak mempermasalahkan mengenai kegiatan kampus dan organisasi yang kita naungi bersama, yang di-deadline-kan semena - mena dari pimpinan kita. Jadi apa dong beban yang jadi permasalahanku? mungkin kau bertanya-tanya. Baiklah kuberitahu:
Masalahku adalah, aku lupa bersyukur bahwa Tuhan masih mempercayai banyak tanggung jawab luar biasa dalam hidupku. Aku malah terus bersungut-sungut dan menjadikan ini semua beban tanpa adanya rasa sukacita.

Ya begitu nona, setidaknya izinkan aku membuka suratku ini dengan curhatan seperti itu.

Kau tahu nona, aku sudah membaca suratmu perihal mimpi yang kau ceritakan. Itu sangat menarik, bila memang di dalam mimpi itu benar - benar aku. Ada banyak hal yang aku syukuri bila mimpi itu terjadi:

Pertama. Aku bersyukur disatukan dengan engkau sebagai ibu dari anak-anakku, sebagai istri yang menemaniku hingga maut memisahkan. Mendapati engkau sebagai pasangan hidup ke depan merupakan anugrah luar biasa lagi yang diberikan Tuhan bagiku. AnakNya yang terkadang bandel dan tidak mau dengar-dengaran akan Firman-Nya.

Kedua. Aku bersyukur di saat itu mempunyai empat pewaris takhta margaku. Pelanjut dinasti nama besarku. Titisan luar biasa dari ibu yang sangat tangguh, dan ayah yang sangat keras kepala. Tiga jagoan itu pasti akan sangat tampan dan keren di masa mereka, dan si jelita akan menjadi primadona yang rendah hati tapi mempunyai penghargaan yang tinggi akan kehidupannya. Suatu anugrah lagi yang sangat luar biasa, bila empat anak - anak kita itu nanti akan mempunyai empat adik lagi di (mungkin) mimpimu (atau mimpiku) selanjutnya.

Ketiga. Aku bersyukur dapat bersama dengan keluarga kecil bahagiaku itu sampai berada di tempat yang melatari mimpimu. Jepang, huh? Amin. Semoga saja, tempat itu menjadi bukti, bahwa segala usaha aku dan kamu membuahkan hasil yang luar biasa, dan kebahagiaan yang patut untuk disyukuri kepada Bapa kita yang Esa.

Keempat. Dan mungkin ini rasa syukurku yang terakhir perihal mimpimu. Aku bersyukur, Tuhan mempunyai cara yang halus untuk menyadarkanku. Menyadarkanku untuk sadar dan bersyukur dengan keadaanku saat ini, dan kembali lagi mengingatkan untuk segera beranjak dan membawa mimpi itu di pelataran kenyataan.

Ya, mungkin isi surat balasanku kali ini cukup. Biarlah, surat ini menjadi surat ungkapan syukur bagi perjalanan cerita kita, hingga nanti sampai ke guratan selanjutnya yang Tuhan sudah tuliskan dengan penuh kemuliaan.

Tertanda,

Tuan yang ditampar oleh kesadaran untuk bersyukur akan segala hal yang telah, sedang, dan akan terjadi.

No comments:

Post a Comment