2 Februari 2014
Kepada (Calon) Nyonya Telaumbanua,
Halo apa kabarmu saat ini?
Aku sedang menerka - nerka apa yang akan terjadi tentang kita.
Suatu saat, aku dengan penuh kebanggaan juga kasih sayang menyematkan marga kebanggaanku sebagai putra Nias ini di belakang namamu, sebagai pendamping hidupku.
Aku mereka - rekakan akan bersanding denganmu di altar suci nanti sekitar 5 tahun dari umurku saat ini. Di saat umurku menginjak angka ke-lima di level kepala dua, atau paling mentok angka ke-enam.
Mungkin banyak orang bilang terlalu cepat. Tapi buatku, rencana itu merupakan bukti kesiapan, bahwa aku akan menjadi seorang yang akan menjadi pemimpin dalam keluarga kecil kita nanti, dengan bimbingan Tuhan yang Maha Pengertian.
Baiklah, izinkan aku untuk menuliskan isi surat ini.
Biarkanlah aku sedikit menggambar mengenai beberapa hal yang aku pinta dalam perjalanan, saat kita bersatu nanti.
Tetaplah selalu bersamaku di saat kita memang sudah bertemu atau kita nanti bertemu, lalu kita nanti bersatu, hingga kita nanti bergelut dengan waktu hingga sampai di penghujung.
Aku orang yang mungkin keras untuk bisa berdua, tapi aku juga adalah orang yang rapuh untuk terus sendiri. Jangan menyerah untuk terus bersamaku. Karena ketika kau mencapai titik dimana hatiku sudah menjentik. Kelembutanmu akan meluluhkan segala kukuhku, dan teguhku akan meyakinkan segala ragumu. Tetaplah di sisiku, karena kamu yang telah digoreskan untuk mendampingiku.
Tetaplah mengerti dan menerima segala keadaanku. Di saat embun masih menjadi mahkota di atas daun - daun, di saat raja siang menyengat tanpa selang, di saat senja memerah mewarnai di atas tanah, hingga bulan berkuasa menerangi malam ditemani bintang. Jadilah penyeimbangku di setiap waktu dan keadaan. Di saat kita berada di atas dan tersenyum puas, ataupun di saat kita berada di bawah dan membuat kita terpuruk lemah. Jadilah seorang yang bisa menerima keberadaanku, karena kamu telah diukirkan dalam goresan cerita hidupku.
Tetaplah memiliku, mencintaiku, menyayangiku dengan hatimu; Ke depan kikisan mungkin akan datang dan bermain peran. Selalu ada bulir tangis di sudut mata, lekuk cemberut yang menggelayut, atau kesal tiada sesal akan terapal.
Tapi, tetaplah menaruh namaku di dalam cintamu. Karena di balik awan mendung itu. Aku akan memberikan langit putih indah seperti: senyum bahagia yang merekah, kebanggaan dan sukacita membuncah luar biasa, hingga cerita cinta penuh romansa di setiap harinya.
Jadilah pecintaku, karena kamu adalah orang yang telah ditakdirkan untuk kukasihi dengan sepenuh hati.
Tiga ketetapan itu yang mungkin bisa aku tuliskan dalam surat ini.
Kepadamu, gadis yang akan menyandang gelar Nyonya Telaumbanua di masa depan nanti.
Siapapun kamu, di masa depan nanti. Ketika kamu membaca surat ini.
Aku yakin kamu telah menjadi istri terbaik yang ada di muka bumi ini, bagiku.
Demikian suratku untukmu.
Tertanda,
Tuan Telaumbanua, Uno.
No comments:
Post a Comment