Pages

Saturday, February 4, 2012

Untuk Hujan

Hei langit.
kenapa kau menangis terus?
Apakah kau menangisi bumi ini? atau Mewakili planet biru ini menumpahkan perasaannya?
Kenapa kau menangis terus?

Seharian kemarin kau basahi aku. Linangan air matamu dinginkan jalan - jalan aspal yang retak. Kau hambatku untuk mencapai tujuanku. Padahal kau tahu kan, aku seorang pengendara roda dua yang akan terhambat bila dirimu turun.
Hei hujan, ayolah berhenti turun.

Kata orang kalau dirimu ada, itu berarti turun berkat dari langit. Tapi apakah bila dirimu datang silih berganti dan tak henti. Bukankah itu berubah menjadi musibah? Sawah pun tak akan menghasilkan bila kau membanjiri lahan itu. Hei air dari langit. Pahamilah kami.

Sekarang. Mungkin surat ini tak terbacakan. Tapi tenang kawan. Aku akan datang keluar rumah, dan berteriak dari dalam hati. Aku ingin pengertianmu. Aku ingin ketenanganmu. Cukuplah kau menangis. Sudahlah kau melepaskan hujan ke bumi ini. Kau bisa berganti dengan sang musim panas. Biar bunga-bunga bisa bermekaran, dan kembali hiasi bumi.

Dear Hujan, berhentilah sekarang dan kembalilah lain kali.

No comments:

Post a Comment