Pages

Sunday, February 5, 2012

Yang Terasa Tapi Terlewati

Surat ini untuk yang selalu terasa tapi seakan terlewati. Dirimu pasti akan tersenyum ketika kau membaca ini.

Kalau kau ingat. Sudah berapa lama kau menemaniku? Bila aku memaksakan pikirankupun, jawaban di situ hanya "Selama hidupku". Aku tidak berkata hiperbola saat ini. Tapi aku berkata seadanya. Ini hanya lantunan jiwa. Rangkaian kata dari tarian jemari. Meramu sebuah ucap terima kasih dalam selembar surat.

Surat ini bukan tertuju pada orang tuaku. Bukan juga untuk sahabat yang selalu temani sisi hidupku. Surat ini untuk kamu. Sesuatu yang ada sebelum, sesaat, dan sesudah aku.

Hei kawan. Apakah kau tak lelah temani setiap insan yang ada di bumi ini? Aku tahu tugasmu dari Sang Khalik adalah mendampingi seorang demi seorang ciptaanNya yang paling sempurna. Tugasmu sungguhlah berat. Tapi layaknya jenderal di suatu kesatuan institusi militer. Seberat apapun itu, asal ini demi umat manusia, kau rela bekerja keras warnai hidup mereka. Kau memang tak terlihat, sahabat. Tapi dari ketidaknampakkanmu kau menunjukan kehadiranmu.

Kawan. Dirimu berarti. Ketidakeksisanmu yang membuat engkau selalu dibutuhkan. Tapi terkadang para manusia melupakan akan engkau, tak terkecuali aku. Maafkanlah terkadang keteledoran kami. Itu bukan kesengajaan, tapi memang kebiasaan manusia yang terkadang melupakan ucap terima kasih. Kata yang seakan tenggelam di saat kebahagiaan peluk raga manusia.

Hei hidup. Ini untuk dirimu. Asal kau tahu. Surat ini tertulispun sangatlah sulit. Menuliskan surat tertanda "Hidup" adalah tulisan yang sulit. Aku harus akui itu, mau bagaimanapun. Dibandingkan keamatiran aku merangkai kata dengan ketidakpamrihan dirimu merangkai kisah dalam jalanku. Jelas, aku kalah jauh.

Hei hidup, terima kasih ya. Walaupun terkadang aku seakan tak merasakan dirimu. Aku terkadang hanya berlari cepat dan melewatkan dirimu. Tidak lagi diam sejenak, menarik nafas, dan melemparkan senyum syukur atas adanya dirimu. Hidup, terima kasih untuk adanya dirimu yang menjadi lintasan kisah hidupku di awal, sekarang, hingga akhir aku menarik nafas nanti.

Terima kasih, Hidup :)

No comments:

Post a Comment