Kesempatan kedua yang telah ada seharusnya dikejar dan dijalankan sebaik mungkin, apapun itu resikonya. Ketika pintu kesempatan itu kembali datang menyambangi untuk menebus kesalahanmu di masa lalu. Come, knock, and get inside.
Aku rasa cinta seperti itu. Ketika kau terlepas dari genggaman perasaanmu akibat tarikan suatu kenyataan, tetapi semesta menghujamkanmu kembali kepada fakta bahwa kau harus bertemu kembali. Kau harus berani berlari menghampiri kebenaran itu, walau rintang dan halang yang menyambut, semua harus kau lompati, semata - mata untuk penebusan kekalahan masa lampau dan bukti kekuatanmu untuk berdiri memperjuangkan satu cinta.
Aku... Cassandra... Alexis.
***
2 letupan Revolver terdengar. Keras, lalu menghilang perlahan, dan kemudian senyap kembali menyelimuti 12th Street.
Cassandra terhempas dan kemudian tangis mengalir dari matanya. Apa memang harus seperti ini akhiran dari kisah ini? haruskah terasa sangat menyakitkan?
Aku? Aku tak tahu apakah saat ini aku bisa menyambut kenyataan yang selama beberapa hari ini aku kejar atau aku harus rela untuk terguncang mendapati kepelikan dari ending perseteruan cinta terselubung nan rumit ini.
Tapi yang jelas! Lemparan pandanganku menatap Cassandra yang sangat rapuh.
***
Aku terus mencoba untuk berdiri kuat pada sepasang kakiku.
"Sir!," ucap seseorang yang terlihat samar keluar dari balik selimut malam. Sosok tersebut perlahan muncul dengan gelagat mengacungkan pistol ke tempat Alexis dan Cassandra berada.
"Yes," balasku kepada seseorang yang kini telah melangkah makin mendekat dan sosoknya sudah jelas terlihat.
Jangan kalian kira itu Cindy, dia terlalu anggun untuk menodongkan pistol dengan gaya seperti yang aku pandang pada sosok ini. Jangan pikir juga itu Romeo, pemuda civil itu tentu belum cukup punya keberanian untuk menembakkan revolver. Lisandro? Jelas manusia yang nampak di hadapanku ini bukan Belucci's yang tadi mengantarkanku sampai di seberang gang.
"You okay, Sir?," tanya sosok tersebut masih dengan mengarahkan pistolnya mantap sambil tetap berjalan mendekat.
"Yes, Don. I'm fine Don Belucci," aku menjawab kepada pria berperawakan besar, mengenakan fedora, diselimuti oleh mantel coklat panjang. Aku mendapati seorang pimpinan Belucci's yang serta - merta muncul di belakang tempat Cassandra dan Alexis berdiri, lalu menembakkan .38nya kepada Alexis.
Aku mendekat menghampiri Cassandra, melepaskan ikatan tangannya, menyingkirkan kain yang membekap mulutnya, diakhiri dengan pelukan yang membuat dirinya aman, dan diriku tenang kembali pada kenyataan.
Di sampingku, Belucci memegang leher Alexis yang telah terkapar, dia memeriksa nadinya, dan kemudian menggeleng. Aku dapati 2 lubang peluru terbentuk di punggung dan bahu Alexis, entah peluru itu mengenai jantung Alexis atau tidak.
"Take care my daughter, Sir! and you have to leave from York, now! This is the tickets for both of you," kata Don Belucci tepat setelah dia menggeleng dan mendapati bahwa pimpinan keluarga Lazzaro's telah dia habisi. "Mob war will begin this morning! Leave now!," lanjut ayah tiri Cassandra ini menjelaskan bahwa perang Mafia Famiglia akan meletus setelah para Lazzaro's menyadari bahwa pimpinan mereka telah ditembak mati oleh La Famiglia lainnya.
Aku mengambil 2 tiket di tangan Belucci, dan mengangguk. "Grazie, Don," aku mengucap terima kasih, sembari membantu Cassandra berdiri yang sedari tadi masih menangis dan sangat terguncang. "I'm sorry for this, Sir,".
"Just take care my daughter!," ucap Belucci serius.
Aku menjabat tangan boss mafia yang sudah menyelamatkanku dari Alexis, Belucci memeluk Cassandra erat mencoba untuk memberi putri tirinya kekuatan.
***
Britannia Raya.
Aku dan Cassandra mengikuti permintaan Belucci. Aku kembali ke tempat asalku bersamanya, wanita tercintaku yang sempat hilang akibat kelemahanku, kini kembali mendampingiku melewati berbagai kenyataan di depan.
Selama perjalanan, aku hanya menggenggam tangan Cassandra. Mencoba untuk saling menguatkan dan meyakinkan. Aku menguatkan dia atas tragedi 12th Street, dan Cassandra terus berusaha dalam diam meyakinkan aku untuk melepas segala rasa bersalah kenangan Ekspedisi Pedro Cabral.
Kami berdua pun kini berada disini. Di depan rumah berwarna putih, pagar mini dilengkapi gapura kecil yang berada di muka rumah. Aku berjalan beriringan mendapati pintu masuk rumah ini dan mencari kunci yang berada pada mantelku.
Kepulangan ini menjadi hal yang berarti atas kehilangan yang lalu.
Kisah dari Cinderella Glass yang mengawali. Lalu St Clara, Clairea, Momma's Rest, dan La Cognac's yang menjadi tempat dari berbagai macam cerita. Romeo dan Lisandro yang berperan sebagai cameo. Hubungan Cassandra, Cindy, dan Belucci. Sampai berujung pada peristiwa kepergian Alexis bersama nafsu cintanya yang membutakan di 12th Street.
Semua kenangan York sepintas muncul kembali dalam benakku.
Aku memasukkan anak kunci ke dalam lubangnya, memutar kunci, dan membuka pintu rumah ini.
Ini bukan mimpi yang sudah pernah aku lewati. Ini kenyataan yang akan kembali dimulai.
Aku dan Cassandra.
Pulang dari segala perjalanan masa lalu yang dikuasai oleh kehampaan, dan akan memulai kembali kenyataan baru yang akan kami isi berdua dengan cinta, kebahagiaan, dan PETUALANGAN.
Yeah! Kami berdua akan kembali mencari ancient things. Sesegera mungkin setelah kami pulih dari segala guncangan "pertemuan" kami ini.
Welcome back life, Welcome back love.
***
Mob wars meletus di Little Italy. Belucci's dan Lazzaro's saling meletupkan timah panas.